Pasuruan - Mendadak diselimuti ketegangan dan kesedihan di RSUD Grati, Kabupaten Pasuruan. Sebuah insiden memilukan yang terekam dalam video berdurasi 1 menit 27 detik kini viral, mengguncang publik dan menjadi sorotan tajam atas kualitas layanan kesehatan milik Pemkab Pasuruan.
Permintaan Sederhana yang Ditolak
Kisah ini berpusat pada seorang warga Balunganyar, Lekok, Pasuruan, yang telah menghembuskan napas terakhirnya di kamar lantai 2 rumah sakit. Keluarga dan kerabat telah menyiapkan mobil ambulans untuk membawa jenazah pulang dan disemayamkan.
Namun, di tengah duka mendalam, sebuah kendala tak terduga muncul: izin peminjaman brankar dorong untuk memindahkan jenazah dari lantai dua menuju ambulans ditolak oleh pihak rumah sakit.
Sebuah permintaan yang sangat mendasar, yang seharusnya dipenuhi dengan empati dan kecepatan, justru berujung pada penolakan. Keadaan ini seketika memicu protes dan kemarahan dari warga yang berkerumun. Mereka merasa kecewa, tak habis pikir, dan terhina oleh birokrasi yang terasa dingin di tengah suasana berkabung.
Gotong Royong dalam Kesedihan: Jenazah Dipanggul Turun
Tak punya pilihan, dan didorong oleh rasa kasih serta semangat kekeluargaan, warga tidak tinggal diam. Mereka memutuskan untuk tidak menunggu.
Dalam adegan paling dramatis dan mengharukan yang terekam kamera, warga bergotong royong. Mereka membentuk barisan, dengan hati-hati memanggul (menandu) jenazah kerabat mereka menuruni tangga dari lantai dua, melewati lorong rumah sakit, menuju ke ambulans yang menunggu.
Momen tersebut, yang terekam jelas dalam video dari Kabar Pasuruan (Kapas), adalah tamparan keras bagi institusi kesehatan. Video itu bukan hanya merekam proses pemindahan jenazah, melainkan menangkap esensi kegagalan dalam memberikan layanan yang manusiawi.
Respons RSUD Grati: Janji Klarifikasi di Tengah Badai Kritik
Video yang viral bak api menyebar di media sosial, memicu gelombang kritik dari masyarakat yang menuntut kejelasan dan pertanggungjawaban.
Menanggapi gejolak ini, pihak RSUD Grati akhirnya angkat bicara. Deby, selaku Humas RSUD Grati, menyampaikan bahwa saat ini mereka masih berada dalam tahap penelusuran.
"Ini masih kita lakukan klarifikasi dan penelusuran kejadiannya seperti apa," ujar Deby.
Pihak rumah sakit berjanji akan menyampaikan klarifikasi resmi setelah seluruh proses penelusuran terkait insiden yang mencoreng nama baik layanan publik ini selesai dilakukan.
Semoga kejadian pilu ini menjadi pelajaran berharga, dan peristiwa serupa yang jauh dari nilai kemanusiaan tidak akan terulang kembali di masa yang akan datang. Fokus harus kembali pada pelayanan yang berorientasi pada empati, bukan hanya prosedur kaku. (Din)






